EllokRohma
Elokk PoENyaa
Senin, 26 September 2011
Rabu, 01 Desember 2010
Flower's
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Add caption |
Kamis, 11 November 2010
Damai Alamku, Damai Hatiku
Posted on August 4, 2009 by diajeng
Berjalan di antara rerumputan, menapak pucuk-pucuk ilalang yang basah oleh embun,sesekali ujungnya menggelitik sepasang kaki-ku yang telanjang…. aku berlari-lari kecil di lembah alam pedesaan nan damai. Memandang hamparan sawah yang mulai menguning dengan butir-butir batang padi yg kian menunduk menandakan panen raya akan segera tiba.
Mataku berbinar tatkala menengok ke samping dangau tempatku berteduh, ikan-ikan lincah berloncatan menyantap daun-daun,betapa bahagianya mereka makan. Pandanganku kembali menelusur ke sepanjang pamatang, nampak berderet pohon jagung yang di selingi dengan pohon kacang panjang yang juga tengah berbuah.
Inilah hasil karya ayahku, ayah yang sangat kubanggakan. Aku beranjak melewati pematang yg kosong, disana kulihat pekerja ayahku tengah memetik cabai yang ranum merah. Beberapa orang lelaki memakai capping untuk melindungi kepalanya dari teriknya sang mentari. Dan beberapa yang perempuan lebih suka melindungi kepalanya dengan kain yg dililit dari kening sampai menutup seluruh rambut yang tergerai panjang.
mengenakan kain yang melilit pinggang sampai ujung betis,kebaya sederhana adalah busana mereka kalo ke ladang, terlihat pipinya yg ranum..memerah terkena panas sang mentari. Peluh sudah mulai membasahi kening, namun senyum mereka tetap mengembang. Sesekali bercanda dengan teman sebanyanya, tangannya lincah memetik satu demi satu cabai merah besar yang bergelantung ranum di pohonnya. Aku mendekati mereka dan menyapa,” mba boleh ikut petik cabainya ?”
Mereka-pun tersenyum menghormat,”Mboten susah mba, mangke di dukani bapak. Mba’e lenggah mawon wonten gubuk, panas mba.-..mangke asto-ne kenging getah”
Aku tersenyum dan mengerti apa maksud mereka, mereka tidak ingin tanganku hitam kena getah cabai.Aku melihat ayah menghampiriku tersenyum dan berkata,”kowe meh melu metik cabai tho nduk? Yo rapopo nek meh ngrasani, tapi nek tanganmu kotor jo nyesel yo.”
Akupun menjawab,” inggih pak..pingin belajar .” dan aku pun dengan riang mulai memetik satu demi satu cabai itu, menuangkannya di keranjang rotan yang sudah di sediakan para pegawai.
Tak terasa peluh sudah membasahi kening, keringat dingin mulai mengucur dan entah kenapa pandangan menjadi berkunang-kunang sampai akhirnya aku sudah di papah menuju gubuk oleh salah seorang pegawai wanita.
Tangannya yg mungil terlihat mengipas-ngipas mukaku dengan caping dan ku dengar dia bertanya,” Mba, wau dereng sarapan tho ?kok badhe semaput ngaten ?”
Ya Alloh..ternyata aku lupa bahwa saking senangnya ke sawah lupa belum menyantap sebutir nasipun. Aku tersenyum dan menjawab,” iya mba, aku lupa maem tadi pagi.”
Dan siang-pun beranjak semakin terik. nun jauh di sana terdengar sayup-sayup adzan pertanda sudah waktunya menunaikan sholat dzuhur. ku lihat ayahkupun melambai kepada para pegawai, memberi tanda kalo pemetikan cabai di lanjutkan sore hari.
Kamipun beriringan melewati pematang, sesekali candaan menghiasi langkah kami. Tiba di pinggir ladang, aku kembali menengok kebelakang. betapa indah alam desaku. Tuhan…. Alhamdulillah…terima kasih aku di lahirkan di sini…Terima kasih aku masih bisa mengirup hawa desa yang sangat sejuk…kicau burung yang indah berkumandang….pemandangan alam hijau yang sangat menakjubkan..semoga tak kan pernah hilang romansa desaku..desa tempatku di lahirkan dan di besarkan.
Rabu, 10 November 2010
DoNeng
Aryo Menak dan Tujuh Bidadari
VN:F [1.9.3_1094]
please wait...
Rating: 8.6/10 (137 votes cast)
Tak lama kemudian, para bidadari itu selesai mandi dan bergegas mengambil pakaiannya masing-masing. Merekapun terbang ke istananya di sorga kecuali yang termuda. Bidadari itu tidak dapat terbang tanpa selendangnya. Ia pun sedih dan menangis.
Aryo Menak kemudian mendekatinya. Ia berpura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Ditanyakannya apa yang terjadi pada bidadari itu. Lalu ia mengatakan: “Ini mungkin sudah kehendak para dewa agar bidadari berdiam di bumi untuk sementara waktu. Janganlah bersedih. Saya akan berjanji menemani dan menghiburmu.”
Bidadari itu rupanya percaya dengan omongan Arya Menak. Ia pun tidak menolak ketika Arya Menak menawarkan padanya untuk tinggal di rumah Arya Menak. Selanjutnya Arya Menak melamarnya. Bidadari itupun menerimanya.
Dikisahkan, bahwa bidadari itu masih memiliki kekuatan gaib. Ia dapat memasak sepanci nasi hanya dari sebutir beras. Syaratnya adalah Arya Menak tidak boleh menyaksikannya.
Pada suatu hari, Arya Menak menjadi penasaran. Beras di lumbungnya tidak pernah berkurang meskipun bidadari memasaknya setiap hari. Ketika isterinya tidak ada dirumah, ia mengendap ke dapur dan membuka panci tempat isterinya memasak nasi. Tindakan ini membuat kekuatan gaib isterinya sirna.
Bidadari sangat terkejut mengetahui apa yang terjadi. Mulai saat itu, ia harus memasak beras dari lumbungnya Arya Menak. Lama kelamaan beras itupun makin berkurang. Pada suatu hari, dasar lumbungnya sudah kelihatan. Alangkah terkejutnya bidadari itu ketika dilihatnya tersembul selendangnya yang hilang. Begitu melihat selendang tersebut, timbul keinginannya untuk pulang ke sorga. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, iapun dapat terbang ke istananya.
Arya Menak menjadi sangat sedih. Karena keingintahuannya, bidadari meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi
(Disadur dari Ny. S.D.B. Aman,”Aryo Menak and His Wife,” Folk Tales From Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1976)
Kamis, 04 November 2010
KeHidupan Di DuNia
Dalam kehidupan ini tak mungkin seseorang akan selalu berada diatas, dan tak lain halnya tak mungkin orang akan selalu dibawah. Kehidupan bagaikan roda yang berputar untuk para jeruji roda. Dimana seseorang tak akan tau kapan, dimana dan bagaimana hal itu akan menimpa mereka yang tak pernah sadar akan hal tersebut, orang yang tamak. Dan saat orang - orang tersebut telah lalai dalam kewajibannya, Allah melaknat dengan datangnya bencana yang begitu dasyatnya. Hingga orang - orang yang tidak berdosa ikut tertipa imbasnya. Segala benjana, kejadian alam, merupakan akibat dari apa yang telah dilakukan. Tak bisa seorangpun bisa mengelaknya dari bencana tersebut. Dan saat itu pula si kaya dan si miski pun tak ada bedanya, semua sama, sumua telah menjadi amukan alam yang tak lain berawal dari perbuatan mereka. Si kaya yang dulunya seorang penguasa dan si miskin yang hanya sebagai budak bawahan. Si kaya yang hanya memikirkan kehidupan, kebahagiaan dinia kini mereka merasakan akibat dari perbuatannya. Laknatan Allah didunia belum seberapa dibandingkan dengan laknatan Allah di akhirat kelak. Wahaiiiii Saudaraku semua Renungkanlah dalam benakmu, APAKAH AKU SUDAH BERBBUAT ADIL SEADIL ADILNYA DI DUNIA INI ??????? YANG TIDAK HANYA MEMENTINGKAN KEBAHAGIAAN DUNIA ????
APAKAH AKU TELAH MEMILIKI TABUNGAN UNTUK AKHIRATKU KELAK ???????? APAKAH AKU SUDAH SIAP UNTUK MATI ESOK ATAUKAH NANTI ????KEMANA LAGI AKU AKAN BERSEMBUNYI UNTUK MENCARI PERLINDUNGAN DARI SEGALA MARA BENCANA DAN MARA BAHAYA SELAIN ALLAH ????
KEMANA LAGI AKU AKAN BERLARI DARI SIKSAAN-MU ???? JIKA AKU TAK DEKAT DENGAN-MU ????? ( * _ * )
Langganan:
Postingan (Atom)